Kliping Berita Pertanian
Minggu, 22 Mei 2016
Lomba dan Pendataan P3A 2016
Kami sampaikan Surat tentang Lomba dan Pendataan P3A Tahun 2016 sebagaimana terlampir. Besar harapan kami agar dapat segera ditindaklanjuti.
Atas perhatian dan kerjasamanya, kami sampaikan limpah terima kasih.
Staf Sarpras...
Jumat, 10 April 2015
Ubah-lah Pemikiran bahwa Lahan Pertanian adalah Pabrik
Kamis, 12 Februari 2015
Investor Butuh Jaminan Keamanan
Belum lama ini, Menteri Perindustrian RI, Saleh Husen, saat berkunjung ke Pos Kupang mengharapkan banyak hal yang bisa dilakukannya untuk daerah ini. Termasuk soal perlunya investasi dikembangkan di daerah ini. Salah satu di antaranya adalah mengembangkan perkebunan tebu. Namun sungguh miris ketika menyimak wartaa media ini bahwa PT Anugerah Rezeki Nusantara (ARN) asal Surabaya yang selama ini sudah beroperasi membuat kebun percontohan tebu di Sumba Barat Daya memilih untuk hengkang.
Alasannya karena areal tidak menenuhi syarat untuk pengembangan tebu. Ini yang mengemuka. Mungkin ada alasan yang lebih esensial sebagai penyebabnya, namun itu tidak terungkap, adalah soal keamanan berusaha. Ini sesuatu yang riskan terjadi di NTT. Jika sikap PT ARN tidak berubah untuk tetap hengkang, daerah ini mengalami kerugian. Ini pelajaran bagi kita semua agar memberi jaminan keamanan kepada investor berusaha. Bukan sebaliknya menjadi investor sebagai ATM untuk mengeruk keuntungan pribadi.
Perusahaan ini ternyata telah berkiprah sejak tahun 2011 dan apa yang telah dilakukannya untuk Sumba Barat Daya terasa mubazir. Yang diharapkan para investor hanya satu: keamanan berusaha.
Wilayah di NTT sangat potensial di bidang perkebunan dan pertanian sehingga membutuhkan investor untuk menggenjot potensi itu agar berdampak pada kesejehteraan hidup maasyarakat. Pemprov NTT sudah mencanangkan Provinsi Jagung, namun hanya mengharapkan penanaman secara sporadis oleh masyarakat. Tak ada perkebunan jagung yang dikelola langsung oleh investor. Ini pekerjaan rumah untuk kita. *
kupang.tribunnews.com
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Sabtu, 31 Januari 2015
Presiden Serahkan Ratusan Alsintan ke Petani
Pantauan Kompas.com, ratusan warga dan pejabat di daerah sudah berkumpul di lokasi sekitar pukul 08.00 WIB. Tak hanya warga dan juga para petani, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman juga sudah tiba untuk mengecek semua alat yang rencananya akan "dihidupkan" oleh Jokowi.
"Bapak Presiden akan menyerahkan sekitas 852 traktor tangan dan 377 pompa untuk Jawa Timur," ucap Amran kepada wartawan.
Amran menjelaskan, serah terima kali ini agak berbeda. Sebab, bantuan yang diserahkan bukan hanya simbolis, melainkan fisik. Pantas saja, di tepian jalan sepanjang Jalan Ngawi-Madiun, ratusan alat pertanian "berjajar" siap diserahkan. Bintara pembina desa (babinsa) pun dikerahkan untuk mengawal bantuan tersebut.
"Jadi, begitu diterima petani, langsung pulang dan bisa digunakan untuk bekerja (menggarap sawah)," harap Amran.
Penulis: Estu Suryowati
Editor: Bambang Priyo Jatmiko
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Jumat, 30 Januari 2015
Kemenperin Upayakan Produk Pertanian Tak Dikenai PPN
Kanalsemarang.com, SEMARANG – Kementerian Perindustrian bakal mengupayakan agar produk-produk pertanian hingga industri pascapanen tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau 0%.
"Dulu, PPN kan nol persen dari petani ke industri. Aturannya sudah bagus sekali," kata Direktur Jenderal Industri Agro, Kementerian Perindustrian, Panggah Susanto seperti dikutip Antara, Senin (26/1/2015).
Hal tersebut diungkapkannya usai peresmian PT Petropack Agro Industries yang merupakan pabrik ekstraksi bahan-bahan alami berstandar internasional yang terletak di Kawasan Industri Candi Semarang.
Namun, kata dia, aturan yang sudah menguntungkan petani itu diubah lagi sehingga produk-produk pertanian kembali dikenai PPN, termasuk pengenaan PPN untuk sektor industri pascapanen.
"Saya kira kurang wise (bijaksana). Kami akan cari cara bagaimana bisa dinolkan lagi. Bagaimana industri pascapanen berkembang, termasuk pengawetan bahan pangan, seperti cabai, ikan, dan sebagainya," katanya.
Kalau bisa, kata dia, industri pascapanen, seperti pengawetan bahan organik dengan ekstraksi, sebagaimana PT Petropack Agro Industries jangan dimasukkan sebagai sebagai produk manufaktur.
"Industri pengawetan dan ekstraksi bahan-bahan alami ini kan hanya memperpanjang umur produk. Ya, sebaiknya jangan dikenai PPN dulu. 'Masa' belum apa-apa sudah kena 10 persen (PPN)," katanya.
Pengenaan PPN nol persen untuk sektor pertanian hingga industri pascapanen itu, kata dia, perlu dilakukan untuk membangu pengembangan industri, sekaligus membantu menyejahterakan petani.
"Makanya, kami akan mencari cara bagaimana sektor pertanian hingga industri pascapanen jangan dikenai pajak dulu. Ya, intinya tidak menyalahi hukum PPN, sekaligus membantu petani," tukasnya.
Sementara itu, Presiden Direktur PT Petropack Agro Industries Prihanto Ekoputro menjelaskan selama ini masih fokus memenuhi kebutuhan untuk sektor industri makanan dan minuman.
Demi Swasembada Pangan, Menteri Pertanian "Blusukan" ke Penjuru Nusantara
Presiden Joko Widodo (tiga kanan) didampingi Menteri Pertanian Amran Sulaiman (kiri) berdialog dengan Gubernur Lampung Muhammad Ridho Ficardo (dua kiri) ketika berkunjung ke lahan persawahan di Lampung, Selasa (25/11). (sumber: Antara/Agus Setyawan)
Kamis, 29 Januari 2015
Minimnya kinerja sektor Industri & Pertanian, Picu Banyaknya TKI
"Banyaknya TKI yang mencari pekerjaan di negara lain disebabkan oleh minimnya pertumbuhan sektor industri dan pertanian di dalam negeri," ujar Wakil Presiden RI Jusuf Kalla di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Kamis (29/1/2015)
JK menjelaskan, kedua sektor ini merupakan sektor yang dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah banyak.
"Banyak TKI karena pertanian dan industrinya kurang. Dalam 1 hektare (ha) pertanian bisa berikan pekerjaan maksimal lima orang, 1 ha industri serap 100 orang," katanya.
Untuk itu, sektor pertanian dan industri menjadi sangat penting. Selain untuk memberikan lapangan pekerjaan, kedua sektor ini juga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
"Makanya pertanian penting bagi ketahanan pangan, sedangkan industri untuk lapangan kerja dan produktivitas," imbuhnya.
Langkah selanjutnya, untuk menggairahkan kedua sektor ini dibutuhkan ketersediaan infrastruktur dan modal yang cukup. Hal tersebut yang tengah dibangun oleh pemerintah saat ini.
"Tapi keduanya butuh infrastruktur dan modal yang mendukung. Kita butuh sistem yang akan menjamin itu," tandasnya.
(rzk)
(Sumber: okezone.com)
Powered by Telkomsel BlackBerry®